Peristiwa ini terjadi ketika saya masih SMA, sekitar tahun 1990-an. Meski telah berlalu kurang lebih 20 tahun lamanya, saya tak pernah lupa. Saya mungkin memang makin mudah pikun, tetapi kisah menarik tidak mudah dilupakan begitu saja. Semasa SMA, naik gunung adalah salah satu kegemaran saya. Sehingga pada waktu-waktu tertentu saya gunakan untuk naik gunung. Biasanya saat musim liburan datang. Bahkan bukan musim liburan pun saya tetap naik gunung.
Saya malah lebih tepat disebut anak gunung ketimbang anak SMA. Karena jarang ada di sekolah tetapi sering ada di gunung. Bersama teman atau sendiri pun jadi. Tak ada rasa takut, saya menikmati kesendirian menjejak tanah-tanah pegunungan seorang diri.
Ciremai, itulah gunung tujuan saya saat itu. Ciremai acapkali disebut juga Ceremai. Gunung yang terletak di Provinsi Jawa Barat ini merupakan gunung tertinggi di Jawa Barat. Pernah lihat pohon perdu berbuah kecil berwarna hijau dan memiliki rasa asam? Yup, itu lah cereme. Dari buah asam tersebut nama gunung diambil. Sementara awalan "ci" adalah awalan yang biasa disematkan pada banyak nama lokasi sekitar Jawa Barat, termasuk tempat tinggal orang tua saya, Cimanggis.
Gunung api ini saya tuju setelah sebelumnya saya mampir ke rumah saudara di wilayah Cirebon, sekalian bersilaturahmi. Beberapa hari di Cirebon ternyata membuat beberapa anak muda sekitar (buah hasil nongkrong-nongkrong) ingin ikut naik ke Ciremai bersama saya. Maka, berangkatlah kami, kurang lebih sekitar 15 orang menuju Ciremai.
Perjalanan selama naik dan turun gunung tidak ada hambatan berarti. Yang jelas, kami memang hanya membawa uang secukupnya. Setelah sampai di kaki gunung, terasa laparnya perut kami. Maunya sih, mampir makan dulu di warung. Apa daya, uang hanya cukup untuk ongkos pulang. Saat itulah, kejadian gila ini dimulai.
Salah seorang teman saya, Tolo melihat ada warga yang sedang hajatan alias resepsi nikah. Eh, tak disangka-sangka dia langsung kabur masuk ke sana. Tak berapa lama kemudian, dia keluar sambil cengar-cengir. Alamak, ternyata dia berhasil numpang makan di resepsi kawinan orang. Padahal, kenal pun tidak. Hehe, dasar nakal dan memang perut lapar. Setelah Tolo sukses, satu per satu kami masuk ke tempat resepsi itu. Tak ada yang ketahuan, hehehe.... Kami pun pulang.
Lain waktu, lagi-lagi ke Ciremai, kali ini bersama dua orang teman sekolah di SMA. Kami terpaksa jadi buruh tani selama tiga hari karena kehabisan ongkos. Dari pagi sampai sore kami macul sawah. Oalah, siapa yang bilang macul sawah itu gampang?? Baru setengah hari, seluruh badan rasanya mau copot semua. 30.000 ribu rupiah, upah macul kami bertiga jadi ongkos kami pulang ke Jakarta. Sesampainya di Jakarta, badan pegal-pegal bukan karena naik gunung, tapi macul sawah!
to be continued
*ditulis berdasar cerita seorang kawan*
Sunday, June 6, 2010
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment