Sunday, January 17, 2010

Borjuis Oh Borjuis

Saya sedang kesal. Ya, itulah perasaan saya sekarang. Oh, bukan sekarang. Tetapi sejak lama. Bahkan mungkin lebih tepat, jika ini disebut sebagai kegeraman. Akhir akhir ini, cukup mengusik hati saya.
Di suatu sore, dengan naik bis kota saya turun di depan sebuah tempat umum yang bergaya elit, mewah, dan nyaman. Ternyata, ada acara bertema sosial yang sebenarnya, menurut saya --- sangat menarik. Sayang, kenapa dilakukan di tempat yang, tidak banyak dikunjungi orang kebanyakan. Saya pun, kalau bukan karena ada janji bertemu orang, tidak akan kesana. Tapi, okelah saya berpikir positif saja. Mungkin memang targetnya adalah kelas menengah ke atas.
Di suatu sore juga. Hanya diawali ngobrol sekedar saja. Dengan seorang teman lama, yang telah begitu lama juga tidak bersua.

Entah apa awal mulanya sehingga kami bicara soal kemiskinan, anak jalanan, fanatisme keagamaan. Saya merasa sakit, sedih, geram, dan marah. Teman baik saya ini, ternyata tak beda dengan wajah angkuh yang saya lihat di tempat umum bergaya elit dan mewah tadi. Teman saya ini, ternyata hanya melihat segala sesuatunya dari ukuran keluarganya. Ingin sekali maklum, bahwa ini bukan 100 persen salahnya. Kalau dunia yang dikenalnya, hanya sampai depan pintu rumahnya.
Kelas menengah kita. Apa peran mereka dalam perubahan sosial di negeri ini? Pressure group? Benarkah? Ah, saya kok meragukan itu. Saya tidak mengabaikan peran mereka dalam perubahan besar terakhir di negeri ini, tahun 1998. Seperti yang saya baca dari buku buku dan dengar dari banyak cerita orang. Tapi, bukankah itu tidak lain karena kondisi nyaman mereka juga ikut terguncang.
Kelas menengah kita. Sudah cukup merasa aman dengan kondisi demikian. Tak perlu ada perubahan. Cenderung mendukung status quo karena itu baik bagi mereka. Masa lalu, hanyalah masa lalu. Biarkan menjadi milik masa lalu. Tak perlu mengusik luka lama. Kesejahteraan, akan menyebar ke semua orang. Mereka lah pionirnya. Trickle down effect, katanya.. Sedangkan, kegiatan sosial tidak lebih dari sekedar hobi baru.
Kelas menengah kita. Ahh, gerah saya… biar puisi W. S Rendra ini yang bicara, lebih dalam mengungkap perasaan saya. Borjuis oh borjuis…

Sajak Orang Kepanasan

Karena kami makan akar
dan terigu menumpuk di gudangmu
Karena kami hidup berhimpitan
dan ruangmu berlebihan
maka kami bukan sekutu

Karena kami kucel
dan kamu gemerlapan
Karena kami sumpek
dan kamu mengunci pintu
maka kami mencurigaimu

Karena kami telantar di jalan
dan kamu memiliki semua keteduhan
Karena kami kebanjiran
dan kamu berpesta di kapal pesiar
maka kami tidak menyukaimu

Karena kami dibungkam
dan kamu nyerocos bicara
Karena kami diancam
dan kamu memaksakan kekuasaan
maka kami bilang TIDAK kepadamu

Karena kami tidak boleh memilih
dan kamu bebas berencana
Karena kami semua bersandal
dan kamu bebas memakai senapan
Karena kami harus sopan
dan kamu punya penjara
maka TIDAK dan TIDAK kepadamu

Karena kami arus kali
dan kamu batu tanpa hati
maka air akan mengikis batu

0 comments:

Post a Comment